PENGAKUAN PARIYEM
Judul buku :
Pengakuan Pariyem: Dunia batin seorang Wanita Jawa
Pengarang :
LInbus Suryadi Ag.
Penerbit :
pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tahun
terbit, cetakan : Cetakan ke enam, 2002
Siapa yang
tidak mengenal Linus, seorang pengarang yang menganut kebatinan Jawa. Dan
karena penguasaannya serta kebanggaannya yang besar sebagai orang jawa itulah,
maka dia membuat buku ini, yang merefleksikan dirinya sebagai seorang jawa.
Pariyem,
maria Magdalena Pariyem, wanita wonosari yang akhirnya jadi babu di Ndalem
Suryomentaraman Yogyakarta, dibawah Ndoro Kanjeng. Dengan
pengakuan-pengakuannya, maka kita diajak untuk mengetahui kebudayaan jawa, baik
itu dilihat dari diri Pariyem, atau dari mulut para ndoronya yang berasal dari
keluarga bangsawan, yang masih memegang teguh budaya jawa.
Pengakuan
Pariyem, sebuah buku yang akhirnyanya menguak pola pikiran orang jawa, budaya
yang mungkin dianggap buruk oleh bangsa lain, tapi tersimpan segala sesuatu
yang berarti bagi yang belum mengenal budaya jawa, maka mereka akan
mengejeknya, tapi budaya jawa tidak sesempit itu,ada makna yang terkandung di
dalamnya.
Pariyem,
wanita wonosari yang akhirnya hamil dengan Den Baguse, tapi menerima takdirnya,
tidak memberontak, bahkan akhirnya kembali ke Yogyakarta setelah melahirkan.
Tidak ada perasaan minder dan malu untuk kembali ke yogyakarta, mengabdi lagi
kepada Ndoro kanjeng di Ndalem Suryamentaraman Yogyakarta.
Pengakuan
Pariyem, buku yang berupa novel, tapi dengan penyajian prosa lirik, seperti sebuah
puisi. Linus memang tidak mengarang sebuah novel biasa, mengingat kemampuannya
dalah di bidang pembuatan puisi. Tapi itulah yang justru menarik dari buku ini,
memberikan sebuah penulisan yang baru, yang tidak seperti novel-novel pada
umumnya.
Karena buku
ini membawa pola pikir orang jawa, maka tentu saja akan banyak ditemui
kata-kata dalam bahasa jawa, yang tentu saja sudah di berikan artinya oleh
LInus supaya pembaca bisa tahu apa maknanya.
Tidak tahu
apa yang harus saya ungkapkan dalam buku ini. Buku ini benar-benar sangat bagus
sekali, buku ini membawa kita untuk memasuki pola pikir orang desa, dengan
segala filosofinya. kadang aneh juga, orang desa dan tidak berpendidikan tinggi
seperti pariyem, berbicara mengenai filosofi hidup.Tapi bukankah itu sebenarnya
tidak aneh, karena filosofi hidup itu diturunkan secara turun temurun oleh
setiap generasi, dari mulut ke mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar