Segala puji bagi Allah Rabb yang
memelihara seluruh alam dan mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang benar. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi panutan
yang telah menebarkan dakwah tauhid ke tengah manusia sehingga mengenalkan
kepada mereka tentang hak-hak Rabb yang telah menciptakan mereka. Semoga Allah
menjadikan kita termasuk hamba-hamba pilihan-Nya yang rela untuk
mempersembahkan jiwa, raga, dan harta kita di jalan-Nya. Amma ba’du.
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir: 28)
Sesungguhnya mewujudkan sebuah
masyarakat yang beriman, bertakwa, dan berhias dengan rasa takut kepada Allah
merupakan cita-cita mulia setiap insan yang menghendaki masa depan dunia yang
lebih membahagiakan. Kejayaan di dunia dan keselamatan di akherat tak mungkin
digapai dengan jiwa yang kosong dari iman dan akal yang tak menyerap
bimbingan-bimbingan ar-Rahman.
Sulistyo
Basuki, lahir di Sumbawa Besar pada tahun 1941, putra pertama almarhum
Bapak Hardjito dan Ibu M. Hardjito, yang kedua-duanya merupakan
pensiunan guru Sekolah Rakjat di Blitar. Pendidikannya di mulai di
Frobel School di Sumbawa Besar (1948), Sekolah Rakjat di Blitar (1954),
SMP bagian B (Blitar, 1957), SMA bagian C (Blitar, 1960) kemudian
melanjutkan ke Sekolah Perpustakaan, cikal bakal pendidikan arsiparis di
Indonesia.
Ia
memperoleh gelar Sardjana Muda (Universitas Indonesia, 1963), Sarjana
Sastra (Universitas Indonesia 1974), Master of Science (Case Western
reserve University, Cleveland, Ohio, USA 1980), Master of Arts (1980)
dan Doktor of Philosophy (1984) dengan disertasi berjudul ” Acitation
analysis of agricultural and medical journals published in Less
developed Countries”.
BIODATA dan KARYA
Nama : Lasa Hs.
Tempat/tg.lahir : Boyolali, 1 Januari 1948
Alamat : Nologaten RT I RW 04 No.33 Caturtunggal Depok Yogyakarta HP. 08179401967
Pendidikan : 1. Sekolah Rakyat Islam Mamba’ul Ulum di Boyolali
2. Madrasah Tsanawiyah Al Islam di Boyolali
3. Madrasah ‘Aliyah Al Islam di Surakarta
4. Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM
5. Pascasarjana UGM – Magister Manajemen Perp.
DIKLAT/Penataran:
1. Training Perpustakaan di UGM 1973
2. Penataran Perpustakaan di KOPERTIS Wil.V.
3. Program Sertifikat Ahli Perpustakaan Fak. Sastra UI
4. Magang Pengelolaan Terbitan Berkala di UPT Perp.ITB
5. Penataran Tim Penilai Angka Kredit Pustakawan Tk.Nasional di Jakarta
BEBERAPA PENGALAMAN:
- Mengajar
1. Guru SMP Muhammadiyah Depok 1972-1973
2. Dosen Akademi Manajemen Putra Jaya 1980-1985
3. Dosen Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta (1983- )
4.
Ilmu Perpustakaan (Inggris: library
science) adalah bidang interdisipliner yang menggabungkan ilmu sosial, ilmu
hukum, dan ilmu terapan untuk mempelajari topik yang berkaitan dengan
perpustakaan. Ilmu perpustakaan ini mempelajari mengenai cara pengumpulan,
pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan sumber informasi pada umumnya.
yang ada di suatu perpustakaan, serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis
(wikipedia.org.)Pada mulanya Ilmu Perpustakaan lebih membahas mengenai ilmu
pengarsipan. Hal ini berkaitan dengan cara penataan sumber informasi dengan
sistem klasifikasi perpustakaan dan teknologi untuk mendukung maksud ini. Topik
ini juga berkaitan dengan bagaimana pengguna jasa informasi ini mengakses,
menelusuri, dan memanfaatkan informasi. Dan satu aspek lagi yang tidak kalah
penting adalah etika dalam penataan dan pelayanan informasi, serta status legal
dari suatu perpustakaan sebagai sumber informasi.
Berbicara
tentang tokoh library science, tentu tidak asing lagi nama Melvil Dewey. Melvil Dewey merupakan
salah satu tokoh yang memberi kontribusi besar bagi perkembangan library
science. Salah satu kontribusi Melvil Dewey bagi perkembangan library
science adalah Melvil
Dewey terlibat dalam kelahiran ALA, juga menulis karyanya
yang terkenal Dewey Decimal Classification (DDC). Bagan ini diciptakan oleh
Melvil Dewey (1851-1931) dan terbit tahun 1876. Selain itu, Melvil Dewey membuka sekolah formal
perpustakaan untuk pertama kalinya di Columbia College. Walaupun Kurikulumnya
masih berdasarkan "Trial and Error" dan hanya mengajarkan Dewey
Decimal Classification, cataloguing, classification, references and
bibliography, book selection and administration tetapi lulusannya menyebar ke seluruh
Amerika Serikat dan sebagian besar dari mereka mendirikan sekolah perpustakaan
di daerah masing-masing.
Melvil Dewey hidup pada tahun 1851-1931
dan memberikan
kontribusinya demi perkembangan library science dengan menuliskan buku Decimal
Classification (DDC) pada tahun 1876. Selain itu Melvil Dewey membuka
sekolah formal perpustakaan untuk
pertama kalinya di Columbia College pada tahun 1887.
Melvyl Dewey membuat buku DDC dengan
tujuan untuk memudahkan dalam klasifikasi subyek, dimana DDC membagi semua ilmu
pengetahuan ke dalam 10 kelas utama (main classes). Selain itu, Melvyl Dewey membuka
sekolah formal perpustakaan dengan tujuan untuk mengajarkan Dewey Decimal
Classification, cataloguing, classification, references and bibliography, book
selection and administration.
Menurut
saya Melvyl Dewey adalah tokoh yang sangat berperan penting bagi perkembangan
library science dimana karyanya yang terkenal Dewey Decimal Classification
(DDC) sangat berguna sekali dalam penentuan tajuk subyek. Dewey Decimal
Classification (DDC) merupakan bagan klasifikasi yang paling populer dan paling
banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Banyak pustakawan yang mungkin akan
kesulitan menentukan tajuk subyek jika tidak ada buku DDC. Peran serta Melvyl Deweybagi perkembangan library science dibuktikan
dengan membuka sekolah
formal perpustakaan Columbia College, dimana lulusannya menyebar ke seluruh
Amerika Serikat. Jika Melvyl Dewey tidak membuka sekolah formal perpustakaan mungkin
saat itu di Amerika Serikat masih jarang adanya pustakawan.
2.Library
and Information science
Pengertian
:
Ilmu informasi dan perpustakaan
merupakan kajian interdislipiner terhadap
informasi
yang sangat berdekatan dan saling berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu diantaranya
Psikologi, komunikasi, sosiologi, statistik, linguistik, sibernetika, ilmu organisasi,
komputer, ekonomi politik dan kebijakan publik.
Di
Indonesia khususnya dalam bidang perpustakaan nama Sulistyo Basuki bukanlah
nama asing lagi. Beliau adalah seorang guru besar ilmu perpustakaan dan informasi.
Sulistyo Basuki menjadi pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra
Universitas Indonesia sejak tahun 1977 sampai sekarang. Banyak sekali
kontribusinya bagi dunia library and information science yaitu dengan
menuliskan artikel, jurnal dan buku-buku tentang library and information
science.
Sulistyo
Basuki lahir di Sumbawa Besar. Beliau diangkat menjadi guru besar di
Universitas Indonesia dan juga menjadi pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Sulistyo
Basuki menulis artikel, jurnal dan buku-buku library and information science
karena beliau sangat tertarik dan senang terhadap perpustakaan. Sulistyo Basuki
berharap dengan karyanya tersebut dapat bermanfaat bagi pustakawan dan dapat
mendorong perkembangan library and information science.
e.Komentar
Menurut
saya Sulistyo Basuki adalah seorang pustakawan yang sangat peduli sekali
terhadap perkembangan library and information science. Hal itu terbukti dengan banyaknya
karya-karya beliau yang berisi tentang perpustakaan dan juga banyak peran serta
beliau di dunia perpustakaan Indonesia.
3.Ilmu
Perpustakaan dapat sebagai sebuah ilmu
Ilmu
perpustakaan dapat disebut sebagai ilmu karena ilmu perpustakaan merupakan
bidang interdisipliner yang menggabungkan ilmu sosial,
ilmu hukum, dan ilmu terapan
untuk mempelajari topik yang berkaitan dengan perpustakaan.
Ilmu Perpustakaan adalah manajemen pengetahuan manusia, antar cabang ilmu
pengetahuan yang paling banyak dibanding dari semua ilmu lain, dan karena
menyangkut filsafat ilmu pengetahuan, ilmu ini berpotensi menjadi ilmu yang
paling filosofis dibanding semua profesi lain (Shera, 1965, lihat juga Shera,
1973).
American
Library Association (ALA) berdiri pada tahun 1876, dan setahun kemudian di
Inggris berdiri Library Association (LA). Sebelum dua organisasi ini berdiri,
para pustakawan hanya dihargai dalam hal keterampilan “housekeeping”-nya, dan
kepala perpustakaan biasanya melakukan pelatihan atau pemagangan untuk
pegawai-pegawainya. Belum ada sekolah-sekolah perpustakaan. Melvil Dewey, yang
terlibat dalam kelahiran ALA, juga menulis karyanya yang terkenal Dewey Decimal
Classification (DDC) pada tahun 1876. Dia pula yang membuat sebuah proposal
untuk membentuk “School of Library Economy”. Setelah melalui perdebatan di
kalangan pustakawan, pada tahun 1887 berdirilah sekolah itu sebagai bagian dari
Columbia College. Pada akhir abad 19 itu, pustakawan Inggris juga menggiatkan
Library Association mereka dan menerbitkan Library Journal yang waktu itu
bermoto, “devoted to library economy and bibliography”. Kita waktu itu belum
merdeka, dan Pemerintah Kolonial Belanda lebih tertarik melanjutkan
pengembangan Kebun Raya daripada membangun perpustakaan untuk para inlander.
Sementara
itu, pada masa yang sama, perhatian orang sedang tertuju pula pada perkembangan
di Brussels, Belgia; pada dua orang ahli hukum bernama Paul Otlet dan Henri La
Fontaine yang menggunakan kata “dokumentasi” untuk sebuah “pendekatan baru”
dalam mengelola akses ke segala sumber pengetahuan. Kisahnya bermula pada tahun
1892 ketika Paul Otlet bertemu Henri La Fontaine yang waktu itu sedang
ditugaskan mengelola bahan-bahan dokumenter ilmu sosial di Société des Études
Sociales et Politiques di Brussel. Waktu itu, jumlah jurnal ilmiah yang
terhimpun mencapai 10.000 judul. Pada saat yang sama, para pustakawan sedang
sibuk membuat “Répertoire Bibliographique Universel” yang akan mempunyai
rujukan “seluruh semesta subjek”. Aktivitas “documentation” pun menjadi resmi,
dan mendorong kelahiran International Federation for Documentation and
Information (FID). Kelak gerakan dokumentasi ini pula yang melahirkan profesi
pustakawan khusus. Jauh hari kemudian, lebih dari seratus tahun kemudian, di
Indonesia juga lahir Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah sebagai bagian dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kembali
ke Amerika Serikat, sekolah-sekolah perpustakaan bermunculan di Negeri Paman
Sam itu. Melihat perkembangan yang menggembirakan di bekas koloninya, Inggris
pun tergugah. Pada tahun 1919 berdirilah School of Library, Archive, and
Information Studies (SLAIS) di University College, University of London. Di
luar aksis AS-Inggris, pada tahun 1910 berdiri pula di Brazil sekolah pertama
di bawah naungan Bibliotheca Nacional do Rio de Janeiro, meniru model French
École des Chartes di Paris. Lalu pada tahun 1929, seorang pustakawan dari
Mackenzie Institute library di São Paulo, Adelpha Silva Rodrigues, mendapat
beasiswa dari American Association of University Women untuk belajar
kepustakawanan di AS. Sebagai gantinya, AS mengirim nona Dorothy Muriel Geddes,
yang kemudian digantikan oleh nyonya Arthur E. Gropp, yang membuka sekolah
perpustakaan di Mackenzie. Perkembangan paling menentukan terjadi pada tahun
1926. Saat itu berdirilah Graduate Library School (GLS) di bawah naungan
University of Chicago. Sponsor utama sekolah ini adalah Carnegie Foundation.
Sekolah ini secara khusus ingin mengembangkan penelitian ilmiah dan membangun
pondasi teori bagi kepustakawanan. Saat inilah dapat dikatakan telah lahir ide
tentang Ilmu Perpustakaan. Salah satu pendukung utama peng-”imiah”-an
kepustakawanan ini adalah seorang filsuf bernama John Dewey (jangan disamakan
dengan Melvil Dewey). Karyanya, “The sources of a science of education” (Dewey,
1929) menjadi bacaan wajib di GLS dan tulisannya ini kemudian menjadi dasar
pertama dari Ilmu Perpustakaan. Sesuai pikiran Dewey, tiga pokok ilmu yang
menopang Ilmu Perpustakaan adalah sosiologi, psikologi, dan sejarah. Untuk
mendukung kegiatan ilmiah dan penelitiannya, GLS menerbitkan Library Quarterly.
Perkembangan orientasi sekolah ini kemudian juga dipengaruhi oleh tulisan
Pierce Butler, An Introductory to Library Science yang terbit tahun 1933. Buku
ini menyatakan bahwa perpustakaan mengurusi pengetahuan ilmiah dan merupakan
aktivitas institusi sosial yang rumit. Untuk mempelajari hal ini, maka ilmu
perpustakaan harus diisi dan dilengkapi dengan metode statistik, psikologi
membaca, sejarah buku, sejarah perpustakaan sebagai institusi, sejarah
pengetahuan, dan sejarah bibliografi. Pada tahun 1938 sampai 1940 seorang
pustakawan bernama Jesse Shera mendaftar di GLS untuk mengambil program
doktoral. Sambil kuliah, dia juga sempat bekerja di ibukota AS di sebuah proyek
militer yang mengembangkan automatisasi perpustakaan dan manajemen. Pada tahun
1944 Shera meraih gelar doktor dengan disertasi tentang gerakan perpustakaan
umum di New England.
Pikiran-pikiran
Dewey, Butler, dan Shera itulah yang kemudian memicu berbagai upaya menegaskan
keilmuan yang melandasi Kepustakawanan.